Berawal dari bisnis keluarga

Toko ini berdiri pada tahun 1997, awalnya toko kami hanya menjual dan memproduksi sendiri beraneka kerupuk dan kemplang khas Palembang dengan label Kerupuk & Kemplang 1707. Seiring berjalannya waktu, pada tahun 2006 toko kami pun mulai menjual beraneka pempek dan makanan khas palembang lainnya  sehingga kami mengganti nama menjadi Toko Pempek & Kemplang 1707.

1707 Kini

Pada tahun 2016 ini toko kami telah membuka cabang yang pertama  di bukit besar. Cabang 1707 di bukit besar ini menunya lebih banyak karena mengadopsi konsep kopitiam. Awalnya konsep unik toko pempek kami ini merupakan pelopor di Palembang dan konsep unik inilah yang menarik minat pelanggan untuk datang dan mencicipi hidangan di restoran kami. Pempek kami dibuat dengan menggunakan 100% ikan tenggiri fresh yang kami langsung beli dari nelayan, kebersihan dan cita rasa hidangan adalah prioritas utama kami.

Sejarah Pempek

Menurut sejarahnya, pempek telah ada di Palembang sejak masuknya perantau Cina ke Palembang, yaitu di sekitar abad ke-16, saat Sultan Mahmud Badaruddin II berkuasa di kesultanan Palembang-Darussalam. Nama empek-empek atau pempek diyakini berasal dari sebutan “Apek” atau “Pek-pek”, yaitu sebutan untuk paman atau lelaki tua keturunan Cina. sedangkan “koh”, yaitu sebutan untuk abang atau lelaki muda keturunan Cina.

Berdasarkan cerita rakyat, sekitar tahun 1617 seorang apek berusia 65 tahun yang tinggal di daerah Perakitan (tepian Sungai Musi) merasa prihatin menyaksikan tangkapan ikan yang berlimpah di Sungai Musi yang belum seluruhnya dimanfaatkan dengan baik, hanya sebatas digoreng dan dipindang. Ia kemudian mencoba alternatif pengolahan lain. Ia mencampur daging ikan giling dengan tepung tapioka, sehingga dihasilkan makanan baru. Makanan baru tersebut dijajakan oleh para apek dengan bersepeda keliling kota. Oleh karena penjualnya dipanggil dengan sebutan “pek … apek”, maka makanan tersebut akhirnya dikenal sebagai empek-empek atau pempek. Namun cerita rakyat ini patut ditelaah lebih lanjut karena singkong baru diperkenalkan bangsa Portugis ke Indonesia pada abad 16. Selain itu velocipede (sepeda) baru dikenal di Perancis dan Jerman pada abad 18. Selain itu Sultan Mahmud Badaruddin baru lahir tahun 1767. Juga singkong sebagai bahan baku sagu baru dikenal pada zaman penjajahan Portugis dan baru dibudidayakan secara komersial tahun 1810.

Walaupun begitu sangat mungkin pempek merupakan adaptasi dari makanan Cina seperti baso ikan, kekian ataupun ngohyang. Pada awalnya pempek Palembang dibuat dari ikan belida. Namun, dengan semakin langka dan mahalnya harga ikan belida, ikan tersebut juga dapat diganti dengan ikan gabus yang harganya lebih murah, tetapi dengan rasa yang tetap gurih. Pada perkembangan selanjutnya, digunakan juga jenis ikan sungai lainnya, misalnya ikan putak, toman, dan bujuk. Dipakai juga jenis ikan laut seperti tenggiri, kakap merah, parang-parang, ikan ekor kuning, dan ikan sebelah. Juga sudah ada yang menggunakan ikan sardin, ikan lele serta ikan tuna putih, yang juga menggunakan telur, dll.